Showing posts with label Kerja. Show all posts
Showing posts with label Kerja. Show all posts

Friday, September 28, 2012

Fail to look the real problem

Bicara soal tawuran pelajar, ga perlu jauh-jauh ngomongin politisi, petinggi dan aparat negara yang suka berantem di TV-TV, lihat saja dulu yang paling dekat bagaimana prilaku kita terhadap sesama sehari-hari di Jalan Raya, di tempat kerja, di parkiran, di mall-mall, di dunia pendidikan, bahkan di tempat ibadah pun kita sering kali menyerobot, menghajar, membantai, memakan, melibas, mengkadali sesama kita, dan merasa paling hebat. Mengobarkan kebencian kepada orang lain. Menindas minoritas. Mencuri-curi kesempatan.

Sikap selalu ingin mengalahkan, mendominasi, menindas orang lain sudah merasuki ke dalam setiap inchi dari kehidupan kita sehari-hari. Dan ini terus menerus dipertontonkan, di install, mau tidak mau ke dalam otak generasi muda dalam kesehariannya hingga tertanam di alam bawah sadar mereka.


Fuck soal kebersamaan sesama pengguna jalan, fuck soal menghargai antrian tol, fuck soal menghargai perbedaan pendapat, yang kuat dia menang, lo anak siapa, gw anak siapa, selama lo ga ganggu gw, gw ga akan ganggu lo.


Justru hal-hal seperti diatas kita malah familiar, dari yang muda-muda hingga ke yang tua-tua yang seharusnya  lebih bijaksana dan memberikan contoh.


Hukum? terdengar asing ditelinga gw.


Gw rindu kebersamaan, gw rindu kasih sayang, gw rindu kebenaran, gw rindu keadilan.

Thursday, May 27, 2010

Alun-alun selatan Jogjakarta

Ada yang pernah ke alun-alun selatan Jogjakarta? Nah kalo sudah pernah, tentu tahu sebuah permainan berjalan melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup.

Konon katanya ada kekuatan magis/mistis yang menghalangi orang-orang untuk melewati kedua pohon beringin tersebut. Konon juga katanya untuk orang yang dapat melewatinya maka semua keinginannya terkabul.

Ntah bener atau ga, pokoknya coba saja dulu. Sewa tutup mata Rp 3,000.- langsung cobain deh. Hehe...

Gw (hitam) dan Ari Masputra (biru) sebagai Co-Pilot. Ari hanya memastikan klo gw ga jatuh atau nabrak orang.







Ternyata memang susah sekali untuk berjalan lurus. Kenapa susah? Kira-kira begini penjelasannya. Dari start mpe finish (lewatin pohon beringin) kira-kira 100 langkah = 50 meter an. Lintasan berupa lapangan berpasir dan sebagian berumput. Lebar celah kira-kira 5 meter.

Nah sekarang pertanyaannya, apakah kita yakin bisa jalan lurus sepanjang 100 langkah itu? Seberapa yakin lo bisa jalan lurus? klo ga yakin, kira-kira klo lo jalan biasa dengan mata tertutup (cobain deh) 5 langkah atau 10 langkah, seberapa besar penyimpangannya? berapa derajat? Coba lihat busur derajatnya?


Okay, Lets say jalan lo cukup lurus, bisa menjaga di kisaran 20 - 30 derajat (menurut gw sih dibawah 10 derajat dah dewa, haha). Mari kita hitung dangan sudut 10 derajat. (50 meter) x (tan 10 derajat) = 8.816 meter. Bagaimana klo 20 derajat : ~18 meter. klo 30 derajat : ~ 29 meter.

Apalagi klo terakumulasi setiap 5 langkah tambah miring 10 derajat. Wah bisa-bisa muter balik dan ini katanya pernah terjadi lho. Hahaha...

So intinya emang ga ada mistis-mistisnya. Hal ini cuma memang karena susah. Mau di tempat manapun juga akan terjadi sama seperti ini. Ga ada pengaruhnya dengan pohon beringinnya. Gw aja juga melenceng sana-sini namun pada akhirnya berhasil juga.




Nah ternyata gw bisa langsung lewat tuh pada percobaan pertama. Mistis? Sama sekali ga! Boongan doank tuh. Hehe...

Bagaimana dengan lo?

Monday, May 17, 2010

Mahakam Fieldtrip IPA

Akhirnya gw kebaigan field trip lagi!!! Klo tahun kemaren ke Jawa timur, untuk tahun ini gw kebagian ke Samarinda. Tepatnya ke Sungai Mahakam dari hari Senin hingga Minggu, 15 - 16 Mei 2010.

Fieldtrip kali ini gw melihat satu paket lengkap sedimen dari beberapa lingkungan pengendapan mulai dari laut dalam (turbidite deposite), carbonate, open marine shelf, delta hingga fluvial channel, ditutup dengan melihat modern distributary channel dan distributary mouth bar.

Yang paling menarik adalah untuk pertama kalinya gw berjalan diatas modern distributary mouth bar. Letaknya ditengah-tengah laut menghadap mulut sungai mahakam.

Dataran mouthbar ini hanya muncul pada saat air surut, kira-kira mulai tengah hari hingga 3 jam berikutnya. Pada saat pasang, dataran ini akan tenggalam.

Check this out!



Irfan Cibaj as Our Instructor



The Participants


The highest point in Kutei Basin. Observe the antiklinorium of Kutei Basin.


Observe the antiklinorium of Kutei Basin


City view : Samarinda!


Hotel tempat gw dan temen-temen nginep. Kalo dipikir-pikir banyak kejadian aneh yang baru gw sadari sekarang. Hahahaha!


Pelabuhan Samarinda malam hari


Pelabuhan Samarinda Pagi hari


Zoom dari foto sebelumnya yang diatas


Lebarnya Sungai Mahakam


Sampai-sampai kapal besar aja bisa masuk


Endapan batupasir dengan mekanisme pengendapan turbidity current diantara ratusan meter (tebal) endapan shale laut dalam / slope


Share knowledge!


Turbidity Current deposit


Burrow on top of shelf break shale


Shelf break carbonate


Coral


Coral


Coral


Batuputih Carbonate Complex


Burrow at distributary channel


A lot of burrow at distributary channel


Distributary mouthbar to fluvial channel


Coal clast in fluvial channel


A fluvial channel para sequence. 5th Order, 20,000 years at once. Sharp base, fining upwards & coal layer on top of it.


Crossbed in fluvial channel


Mahakam River


Oil Rig in Tambora Field


See near the horizon, lot of birds looking for food on top of mouth bar


Riple on top of mouthbar


Riple in an outcrop


Hermit


Taking some cores on modern distributary mouth bar


City view : Balikpapan!


Sepinggan beach meet the sky!

Wednesday, May 05, 2010

BUKAN GEOLOGIST

Alkisah ada seorang anak muda minim pengalaman yang sedang kikuk kebingungan sekaligus terpesona melihat facies map tercantum dalam sebuah montage. “Wah hebat sekali ya...” Disitu tertulis Delta Plain dan sebagian lain tertulis Delta Front.

Anak muda tadi berpikir... dan terus berpikir... dan berpikir...
“Koq si geoscientist bisa tahu klo disitu adalah delta plain dan di sebagian lainnya delta front...? Ahli nujum kah?”

Ternyata disebelahnya ada amplitude atribute map. Nah mungkin klo dilihat dari bentuk-bentuknya di amplitude ini keknya mirip-mirip delta nih.

Tapi si anak muda masih kurang puas klo penjelasan pertanyaannya cuma berdasarkan pola-pola perbedaan warna saja dari permainan gelombang. Akhirnya dia coba lihat log dari sumur-sumur disekitarnya.

Yah namanya juga minim pengalaman, jadi ya dikasih lihat log malah tambah kebingungan. Bongkar-bongkar final well report dan kembali baca-baca catatan geologist sebelumnya juga tidak banyak membantu. Bodoh betul memang si anak muda ini.

Untungnya si anak muda mengenal seorang geoscientist yang terkenal sangat jenius dengan segudang pengalaman. Semua orang di perusahaan meyakini bahwa orang ini adalah Galileo zaman modern yang terjebak di perusahaan ini

Tercetuslah pertanyaan polos itu,

Anak Muda : “Mas gimana sih ngebedain delta plain dengan delta front klo dilihat dari sand nya?”
(sambil bolak-balikin log sumur)

Galileo : “Liat struktur sedimennya donk?”
(sambil acuh tak acuh klak-klik browsing detik forum)

Anak Muda : “Lha emang bisa kelihatan (di log) ya mas”
(masih bolak-balikin log sumur)

Galileo : “Kamu tahu herring-bone cross stratification?”
(sambil masih acuh tak acuh klak-klik browsing detik forum)

Anak Muda : “&@%^*&@(#@$????”

Galileo : “Wah masa kamu ga tahu itu, dasar banget itu.”
“Kamu suka ngeblank depan singkapan ya?”

Anak-Muda : “hmmmm....”
(Sambil bingung mengingat-ngingat kapan terakhir liat singkapan)

Galileo : “Wah bukan geologist kamu!

Langsung deh pikiran anak muda itu melayang ke masa-masa kuliahnya yang sangat lama itu (7 tahun lebih sedikit) dan sebagian besar waktunya tidak dihabiskan untuk belajar geologi, melainkan mainan internet, belajar komputer, bikin website, network server, main multiplayer games sampai sempat jadi pembicara di seminar-seminar multilevel marketing alias MLM.

So kalo saya nulis tentang geologi di blog ini bukan berarti saya jago atau ahli atau sok-sokan expert. Bukan, sama sekali bukan! Melainkan ini hanya sebagai bentuk pertempuran saya melawan keterbatasan otak saya yang sangat doyan lupa dan juga hanya sekedar ingin memuaskan hasrat akan ke-geologi-an saya yang masih premature ini.

Entah bagaimana dengan geologist lainnya, yang pasti saya merasa sangat kebingungan waktu pertama kali terjun ke dunia ini. Selama ini yang saya ketahui ya hanya se ujung kuku jari kelingking kaki bayi.

Di dunia perkuliahan tidak pernah diajarkan bagaimana caranya kamu bisa menjadi seorang prospectus geologist. Tidak diajarkan bagaimana meng-generate prospek.

Salah seorang manajer eksplorasi pernah bilang ke teman saya, “Dapet atau ga dapet (minyak) bukan masalah, yang penting selama prosesnya yang dikerjakan sudah benar itu benar”. Banyak juga selentingan-selintingan yang bilang “klo di kumpeni sana prosesnya jelas, step-stepnya berurutan, tidak seperti di sini, acak-kadut, serabutan”

Nah sampai sejauh ini, setelah 2 tahun bekerja, saya tidak sepenuhnya yakin apa itu proses yang benar. Apa saja urut-urutannya. Apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk seorang geologist terjun ke sebuah cekungan yang baru dia kuasai hingga mampu meng-generate prospek. Semua pertanyaan itu terus menghantui saya selama 2 tahun ini.

Saya berharap dengan menulisnya lebih terstruktur, dengan mencatat apa-apa saja yang saya ketahui, dengan mencatat segala pengetahuan yang saya dapatkan dalam proses pencarian jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, suatu saat, mungkin, saya akan dapat menemukan jawabannya. Saya akan dapat mensarikannya.

Klo tetep ga dapet jawabannya gimana? Yah tidak apa-apa....

Toh kata Galileo juga kan saya ini bukan seorang geologist.

PS: Semua tulisan mengenai geologi di blog ini jangan langsung di telan mentah-mentah.

Catatan pertengahan april 2010