Entah ini gambar dukun atau gambar bapak-bapak baru saja ribut ma
bininya jadi aja masak sendiri
Sumber Gambar : http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun
Kalau kita bicara sedekah menolak bala, terlepas dari benar atau tidaknya, apakah kita bersedekah tujuannya untuk terhindar dari bala? Tidakkah kita menyadari
betapa pentingnya bersedekah untuk berbagi terhadap sesama. Bersedekah apapun itu namanya, apapun itu bentuknya itu sangat penting. Jika kita berpikir bersedekah untuk menolak bala atau untuk
mendapatkan jodoh atau untuk mendapatkan anak atau untuk apapun hajat hidup
kita, bukankah itu sama saja dengan mistis, tahayul, kita tidak peduli proses
hanya menginginkan hasil. Kita tidak peduli mengapa sedekah itu penting.
Atau jika kita terkena musibah, bencana, sakit, seringkali kita
mempertanyakan apakah kita belum bayar zakat, sedekah atau ibadah yang kurang? Masyarakat kita terlalu sering mempercayai hal mistis, dogma, atau
doktrin yg diturunkan turun-temurun tanpa mempertanyakan kembali kebenarannya,
hakikatnya, sejarahnya, kenapa itu terjadi, kenapa kita melakukannya.
Maraknya
praktik perdukunan, primbon, hari baik, jampi-jampi, susuk, pembawa keberuntungan,
atau bahkan zodiac, merupakan simbol banyaknya orang yang hanya ingin hasil, tidak peduli proses. Kita
jadi malas berusaha. Ingin cara cepat. Instan. Cepat kaya, cepat dapat jodoh, cepat
sukses, cepat laku, cepat kawin, cepat dapet anak, cepat lulus, cepat ejakulasi?
Entah apapun sebutannya, nganan, cara kanan, otak kanan,
doa, sedekah, zakat, dibungkus dengan dalil, quran atau hal apapun, sebaik apapun, selama kita tidak
memahami hakikatnya, hilang pemahamannya, hanya menjalankan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya,
itu sama saja dengan praktik perdukunan, mistis. Dan kita sangat suka sama
hal-hal yang seperti itu.
Saya bukan menggugat doa, sedekah, zakat, tapi mencoba untuk
melihat kembali, memahami hakikatnya. Jangan sampai termakan oleh bualan ustad,
pemuka, tokoh, enterpreneur or “whatever you called it” yang hanya mencari ketenaran sesaat semata. Dan pada akhirnya
kita jatuh kedalam praktik mistis dalam keseharian tanpa kita sadari.
Apapun yang kita lakukan, sebaiknya harus dilandasi oleh pemahaman. Jika tidak, maka itu sama saja dengan mistis.
No comments:
Post a Comment